Ini
pengalaman penulis seputar air kuning yang dialami semasa kecil bersama
keluarga, sampai sekarang masalah air itu tetap jadi bahan experimental
yang menantang untuk meningkatkan kualitasnya hingga akhirnya penulis
temukan hasilnya. Bagi yang masih bergulat seputar penjernihan air, ini
merupakan salah satu trik dan tips, dan hanya bersifat kasuistis saja.
Sebagian orang hanya berpikir saja tetapi belum melakukan mungkin karena
bosan atau sudah pasrah hahahah. Jika agan-agan sekalian baik itu di
kalangan rumah tangga, usaha depot air minum, proyek-proyek sosial
kemasyarakatan atau instansi pemerintahan yang memiliki
sistim/instalasi penjernihan air dan sementara mencari jalan keluar
tentang air yang kuning, cara ini patut dicoba. Tentulah ini tidak bisa
dibandingkan dengan sistim Reverse Osmosis yang lagi tenar sekarang ini,
karena itu berbicara penjernihan kualitas air minum dengan teknologi
tinggi, tetapi ini berbicara kecepatan dan kapasitas saringan.
(kecepatan RO 20 galon dalam semalam/12 jam). Tidak ada hal-hal yang
sulit dalam tulisan ini, karena semuanya berangkat dari
pengalaman-pengalaman sepanjang beberapa tahun tentang air keruh. Betapa
menderitanya ketika air yang sangat penting tetapi gak tersedia. Jika
hanya untuk memasak atau untuk air minum sih oke-oke saja cukup buat
saringan air sistim gravitasi/tradisional masalah teratasi, tetapi jika
untuk skala besar misalnya untuk mencuci pakaian atau mandi wah jadi
ribet, masak untuk mandi saja harus tunggu berjam-jam bisa gosong tuh
nasi di dapur. Jika ada teman-teman mengalami kondisi seperti saya tidak
ada salahnya cara ini patut dicoba, bukan dosa dan tidak sampai
mempertaruhkan nyawa .... ,kita langsung ke TKPnya ya :) di Kab Luwu
Timur Prov Sulsel.
FAKTA
1. Daerah
saya dulunya daerah berawa-rawa kemudian jadi pemukiman dan dikelilingi
pegunungan. Ketinggian permukaan air tanah jika musim hujan 15-30 cm
jika kemarau bisa 6 meter (maksudnya kalau kita gali tanah lalu lihat
kedalaman berapa meter kita dapat air ).
2. Warna
air kuning seperti sirup lemon untuk sumur maupun sumur bor, menurut
orang kadar besinya terlalu tinggi apa bener ya?, Memang didaerah saya
adalah daerah dimana ada konsesi tambang Nikel dan biji besi oleh
PT. Vale Inco sekitar radius 80 km dan memiliki karakter tanah yang sama.
3. Baunya seperti telur busuk jika baru keluar dari pompa.
4. Rasanya jika untuk kumur-kumur sperti agak asam dan agak ngilu di gigi.
5. Timbul genangan di permukaan seperti minyak jika didiamkan beberapa saat.
6. Kamar mandi jadi kuning semua baik dinding, lantai, bak, ember, gayung.
7. Jika dipakai untuk mandi membuat rambut kaku dan keras dan susah disisir sekalipun sudah pakai shampo.
8. Air
pada waktu disedot pakai mesin kelihatan jernih, tetapi hanya butuh
satu jam untuk bertransformasi warna menjadi kuning dan seperti ada
minyak mengambang dipermukaan, aneh yah ?
9. Sumur
menjadi berkerak, mirip lumut tetapi jika di pegang mirip pasta dan
berwarna merah bata. Dulu waktu kecil saya ditugaskan bersihin sumur dan
disikat sampai bersih lalu dikuras, hasilnya bagus sih air jernih plus
sakit sekujur tubuhku...tetapi hanya 3 hari saja bertahan selebihnya dia
bernyanyi , " Aku masih seperti yang dulu ". hahhaha
10. Jika ada air yang merembes di pipa atau dinding warnanya seperti karat besi.
11. Pipa dari sumur bor cepat tersumbat karena berkerak sehingga menambah biaya listrik karena pompa lebih lama mengisi bak.
12. Saringan
tradisional pakai sistim gravitasi tidak kuat, kerjanya sangat lambat
hanya 5 ml/detik, dan gampang tersumbat/padat atau sudah jenuh/tidak
mampu lagi menyimpan kotoran dan harus dibersihkan / 2 minggu sekali,
repot kan ? yaelah masa kerjaan kita hanya ngebersihin saringan
mulu.hadew..tepok jidat gw.
SURVEY DAN PERENCANAAN :
Yang saya lakukan adalah
mengembangkan saringan tradisional dengan berbagai uji coba dengan
melihat kekurangan dan kelebihan saringan tradisional.
1. Saya
buatkan tower setinggi 4 meter dengan memanfaatkan sudut dari bangunan
rumah, jadi kalau kita mau buat bak penampungan bisa direncanakan
sebelumnya, yaitu di cor plat sekalian letaknya bisa diatas kamar mandi
sekalian jadi atap atau seperti yang saya buat ini yaitu numpang di
sudut rumah. Kalau dihitung biayanya maka lebih murah dibanding pakai
atap seng, belum termasuk kayu-kayunya. Pertimbangannya supaya semakin
tinggi penempatannya gravitasinya bertambah sehingga jika saringan agak
mampat akan dipaksa oleh gaya gravitasi tadi. Jangan lupa buatkan keran
pembuangan di dasar lantai (drain floor) dan lubang overflow ( 5 cm
dari dinding atas, opsional jika nanti pakai pelampung otomatis).
2. Masih tentang sisi ekonomi, Saringan air
ini sangat praktis karena saringan dan bak penampungan dikombinasi jadi
satu. Bukan seperti yang lain, saringan dan penampungan berdiri
sendiri, jadi sangat hemat biaya. Pada beberapa filter di pasaran kita
akan menemukan beberapa tabung pengolah biasanya dua atau bahkan tiga
tabung dirangkai menjadi satu, atau malah ada yang membuat bak penampung
dan saringan terpisah, tetapi filter ini cukup satu saja tetapi
sekaligus jadi penampungan jadi ketika mati lampu air masih bisa
bertahan 2 hari untuk satu rumah dengan 6 orang penghuni. Saya rasa mati
lampu juga masalah umum di Indonesia maka memikirkan bak penampungan
juga adalah hal yang baik bro. Jadi memiliki bak penampungan
menghindarkan kita dari dosa karena sering menyalahkan PLN dan anak anak
di rumah karena rebutan air sisa heheh. Ditempat saya biaya pembuatan
saringan ini sekitar 500 ribu antara lain untuk beli semen, bata ,dan
besi secukupnya plus biaya tukang, tapi saya kerjakan sendiri bersama
istri tercinta jadi tambah hemat la yaw ( gambar dibawah ). Tetapi kalau
mau bikin tower yang berdiri sendiri juga tidak apa apa. Agan bisa
hitung sendiri biayanya dengan konstruksi empat kaki beton bertulang
dengan bak diatasnya yang tentu sesuai dengan harga material di tempat
anda. Bandingkan dengan harga tandon air fiber dipasaran dengan
kapasitas 500 ltr saja harganya bisa mencapai 2 jutaan, belum termasuk
beton penyangga, memang mau digantung begitu saja ehheehe. Belum lagi
soal ketahanannya tank fiber bertahan hanya 5 tahun dan cepat lapuk jika
terpapar sinar matahari, susah dibersihkan /susah untuk masuk kedalam
apalagi keluar, dan jika terlanjur sudah masuk maka dijamin agan akan
keringatan dibuatnya. Jadi filter ini memang sangat praktis dan murah.
Jika dengan biaya segitu lalu kita berpikir lebih baik buat sumur bor
dalam dengan kedalaman sampai 50 meter atau lebih, itu juga pilihan
karena biaya pengeboran di tiap tiap wilayah di Indonesia berbeda. Di
tempat saya biaya pengeboran kedalaman 4-20 meter sekitar Rp 700 ribu- 1
jutaan, kedalaman 50 meter keatas bisa sampai Rp 7 jutaan. Inipun juga
kalau kita beruntung lokasi kita ada air jernihnya.
3. Lalu
kemudian sistim pendistribusian atau instalasi. Sebaiknya sistim-sistim
distribusi air kita dirubah menjadi centralized/terpusat hanya pada
satu bak penampungan. Saya pernah melihat suatu kompleks asrama dengan
ketidakpraktisan ini, ada beberapa pompa yang dijalankan untuk mengisi
beberapa bak, maka pasti perlu beberapa orang untuk mengontrolnya syukur
kalau ingat, kalau tidak ? setiap hari pasti ada yang namanya
kecolongan karena lupa matikan salah satu pompa yang pasti berimbas
kepada melonjaknya tagihan listrik, belum lagi perawatan pompa-pompa
itu. Jika tingkat pemakaian tinggi dengan jumlah orang yang memakai
sudah seratusan orang atau lebih sistim terpusat sudah sangat
disarankan. Sementara contoh yang saya tampilkan hanya dipakai berlima
dalam keluarga. Hanya waktu waktu tertentu saja bisa banyak. Ada 7 keran
yang disuplai oleh bak ini antara lain 3 kamar mandi, 1 mesin cuci, 1
untuk garasi, 1 untuk taman, 1 untuk kandang hewan ternak. Jika kita
pakai sistim terpusat maka kita gampang untuk mengintalasi dan merawat
pipa-pipa supaya jangan berseliweran di bawah tanah yang pasti kalau
banyak sumber akan ada masalah jika ada kebocoran.
PELAKSANAAN :
1. Buatkan tiang penyangga beton bertulang empat kaki.
2. Buat
bak penampungan berukuran 1,35 m X 1,35m dan tinggi 1,25 m. Silahkan
di buat sesuai selera, tetapi menurut penulis ukuran inilah yang paling
ekonomis untuk kelas rumah tangga, kalau berbicara skala besar atau
industri silahkan diperbesar kapasitasnya tentu dengan menambahkan
beberapa filter dalam bak itu. Untuk menghindari rembesan dari dinding
bak bak gunakan cat pelapis anti bocor NO DROP atau merk lain. Bisa juga
lantai dan dinding di lapis kerami/tegel tetapi ini tidak disarankan
karena boros cukup pakai acian semen tetapi gak tebal. Ukuran ini masih
bisa kok untuk kos-kosan/asrama dan industri seperti pabrik tahu dll.
Atau kapasitas pompanya yang diperbesar. Penulis memakai Simizhu 128
bit. Jika lebih besar dari ukuran bak ini, mungkin bisa pakai jenis
pompa yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran.
3. Buatkan saringan/filter
menggunakan pipa paralon 3/4 inch atau kalau ada 1 1/4 inch yang di
bolongin semua sisinya mirip moncong senjata sepanjang 40 cm. Cara
membuat lubangnya pakai besi 10 mm atau 12 yang dipanaskan atau bisa
pakai solder atau bisa digergaji/gurinda, lalu lapisi dengan screen anti
nyamuk (biasa dipakai di pintu angin di atas jendela, yg bagus mirip
benang nylon yang di anyam dan warnanya hijau) lilitkan 3 atau 4 kali
dan iikat pakai tali rafia supaya tidak terbongkar gunanya untuk
menghalangi pasir merembes kedalam pipa . Kemudian ikat ujungnya
4. Tutup dengan spon tebal 2-3 cm dua lapis (bisa dari bekas sofa atau beli di tukang reparasi jok /sofa.
5. Letakkan dibawah lantai bak 5 cm dari lantai, posisinya melintang.
6. Timbun dengan pasir halus (bukan kasar) bercampur dengan arang batok kelapa sebanyak 4-5 ember saja. Posisi filter air
ini tidak menggunakan semua lantai tetapi hanya bagian sudut saja. Jadi
sisi lantai yg lain akan ditempati oleh ampas yang mengendap sehingga
ketika membersihkannya tinggal buka keran pembuangan maka ampas tadi
langsung terbuang. Pada beberapa filter teman-teman selama ini penulis
temukan seantero lantai diisi pasir semua, memang jernih sih tetapi
tidak sampai sebulan sudah mampat dan jika membersihkannya susah karena
material yang terlalu banyak.
7. Padatkan pasir dengan cara ditepuk-tepuk pakai telapak tangan.
8. Buatkan dinding dari batu bata mengelilingi timbunan pasir tadi dengan ukuran 40 cm X 30 cm.
9. Tutup
gundukan tadi menggunakan karung bekas lalu tempatkan beberapa potongan
bata diatasnya supaya pasirnya tidak kemana-mana.
REVIEW dan MAINTENANCE
1. Ternyata
air kuning ini (karakter air ini) dalam waktu 20 - 30 hari menjadi
jernih sendiri dan ampasnya mengendap didasarnya. Kalau begitu bisa saja
kita buat bak penampungan dengan ukuran besar misanya 5 meter X 5 meter
?, ya bisa saja tapi kan sulit mewujudkannya, kecuali topograpi lahan
kita di pegunungan itu pasti bisa, tinggal menempatkannya diketinggian
saja. Dengan pengamatan itulah penulis berpikir air ini tidak serta
merta harus melewati saringan ketika dipompa dari sumur tetapi sebaiknya
melewati proses sedimentasi telebih dahulu sehingga tidak membebani
filter nantinya. Tentunya ini sangat menguntungkan dari sisi
maintenance filter. Semua filter boleh cepat dan jernih tetapi bagaimana
dengan perawatannya. Bandingkan dengan filter yang lain dimana semua
sampah tertahan di filter, pasti membersihkannya harus sesering mungkin.
2. Perlu
ada aerasi supaya kimia-kimia asing bisa terurai di udara, dan air kita
yang miskin oksigen tadi bisa bertambah kandungan oksigennya, jadi
ingat prinsip akuarium dan empang udang hehehe. Jadi penulis buatkan
pipa inlet dengan cara dilubang kecil-kecil sepanjang 40 cm mirip
filter tadi dan letakkan melintang di atas bak jadi air dari pompa tidak
keluar begitu saja tapi muncrat kemana-mana. Bisa juga pakai papan
melintang lalu jatuhkan air diatas papan tersebut maka air akan
menyebar. Proses ini jangan diabaikan penulis telah buktikan kalau air
tanpa aerasi dan beraerasi berbeda hasilnya. Air tanpa aerasi tidak akan
jernih dalam waktu singkat.
3. Jadi bisa di kelompokkan tugas dari masing-masing proses ini yaitu AERASI 30 %, SEDIMENTASI 25%, FILTRASI 30%, dan sisanya GRAVITASI
4. Bak
diisi ketika tinggal 15 % nya untuk menghindari filter kering. Kalau
terlanjur kering jadi susah keluarnya bisa repot mesti bongkar filter
lagi.
5. Pada awal penyaringan biasanya hasilnya agak kabur karena filter air masih menyesuaikan, tunggu besoknya baru buktikan hasilnya. Jadi alirkan saja dahulu sambil mengamati perubahannya.
6. Cara
mentest air yaitu dengan menggunakan teh celup. Ambil segelas sampel
lalu celupkan teh tadi berulang-ulang. Jika airnya berubah warna
mengikuti warna teh maka itu airnya sudah bagus, tetapi jika berubah
warna jadi hitam maka itu air penipu alias palsu,tunggu 4 atau 5 jam
akan berubah warna menjadi kuning berkarat. Teori ini bisa anda terapkan
ketika akan mengebor air tanah untuk mencari air jernih. Ada juga air
penipu yak...hahaaha...kirain cuma koruptor saja.
7. Tutup
bagian atas bak bisa menggunakan seng atau biasa pakai calsiboard untuk
menghindari sinar matahari yang dapat memicu pertumbuhan lumut pada
dinding bak.
8. Untuk mencegah kekurangan suplay ke bak penampungan sebaiknya pakai pelampung otomatis.
9. Jika
ingin membersihkan filter, lepas/cabut dari pipa penghubung/outlet
(buat supaya gampang dibongkar pasang pakai watermore/kopling?) atau
bisa juga dibuat pakai reducer/oversock. lalu buka semua bagian2 filter
cuci dengan air mengalir dan sambil diperas. Tidak perlu diturunkan dari
atas tower, cukup jalankan pompa sambil juga membersihkan pasir, bata
dan dinding disikat sambil buka kran pembuangan.
10. Pipa
outlet dari bak sampai ke instalasi rumah jangan sampai bocor karena
akan mengurangi kecepatan sampai 30 %. Masalahnya udara yang akan masuk
ke tempat bocor sehingga daya hisap berkurang.
11. Saringan
dibersihkan setahun hanya 2 kali. tidak masuk akal?. Ya hal ini juga yang
menjadi salah satu kelebihan saringan ini yang mungkin belum ada
tandingannya. Lama-lama bisa lupa ada saringan diatas hehe.. Bandingkan
dengan filter konvensional anda seberapa lama baru anda bersihkan?.
12. Jika hanya perawatan ringan ketika air agak melambat (maksudnya tanpa membongkar filter) maka cukup diinjeksi pakai arus dari pompa ke keran outlet pakai selang, jadi rencanakan keran dari inlet pompa berdampingan dengan keran outlet. Cara kedua bisa dengan membuka keran outlet dari housingnya supaya menarik air dengan volume besar.
13. Jika tingkat kadar besi anda sangat parah seperti yang penulis alami maka sering-seringlah melakukan perawatan pipa inlet karena pipa akan semakin tersumbat dan akan berakibat pada suplai berkurang dan proses pengisian semakin lama, biaya listrik meningkat.
12. Jika hanya perawatan ringan ketika air agak melambat (maksudnya tanpa membongkar filter) maka cukup diinjeksi pakai arus dari pompa ke keran outlet pakai selang, jadi rencanakan keran dari inlet pompa berdampingan dengan keran outlet. Cara kedua bisa dengan membuka keran outlet dari housingnya supaya menarik air dengan volume besar.
13. Jika tingkat kadar besi anda sangat parah seperti yang penulis alami maka sering-seringlah melakukan perawatan pipa inlet karena pipa akan semakin tersumbat dan akan berakibat pada suplai berkurang dan proses pengisian semakin lama, biaya listrik meningkat.
HASIL AKHIR DAN SARAN
1. Air
sangat jernih. Bahkan penulis sendiri heran dibuatnya, mengapa bisa
begitu? .Tetapi inilah hasilnya.Penulis renungkan kenapa tidak dari dulu
saringan tradisional ini dibuat tinggi seperti ini, kayaknya semua pada
tahu deh betapa repotnya membawa material seperti pasir
berember-ember, ijuk, kerikil, batu bata ke tempat tinggi. Saringan
tradisionalpun jika diletakkan ditempat tinggi paling hanya menetes
seperti hujan, tetapi ketika dilewatkan kesebuah pipa maka ada daya
sedot yang luar biasa,jadi ada semacam gabungan gaya gravitasi dan daya
hisaplah yang membuat kecepatan air ini sangat baik. Kalau bisa
disimpulkan ini penggabungan beberapa tehnik penjernihan air yaitu
FILTRASI, SEDIMENTASI,AERASI, GRAVITASI, minus KOAGULASI. Saringan ini
kalau hanya diletakkan 1 meter dari permukaan tanah maka pasti hasilnya
berbeda. Penulis tidak tahu dengan kadar kimianya bagaimana, pernah
terpikirkan untuk bawa kelaboratorium tempat temanku kerja tetapi belum
kesampaian. Cuma ingin tahu jumlah kadar kimianya sih untuk standard air
minum. Tetapi pokoknya jernih bak kaca dan tidak berubah warna dan juga
tidak berbau lumpur/besi pada esok harinya/stabil,sehingga mandi
mencuci dll lancar jaya mas brow..:).Hmm..... lepas lagi bebanku yang
satu ini. Malah saya berencana mengganti semua bak mandi menjadi sistim
shower mengingat sistim ini sangat hemat air dan sangat praktis dalam
artian biar kamar mandi kecil bisa jadi lega karena bak mandinya
dibongkar hahaha...solusi bagi pemilik lahan sempit diperkotaan. Kalau
kamar mandi di luar sana (Eropa, Amerika) rata-rata tidak pakai bak di
dalam dengan alasan kesehatan dan efisiensi bangunan, selain tentunya
budaya mereka yang tidak suka dengan kamar mandi basah. Air yang
bermalam tidak bebas dari serangga misalnya nyamuk yang bertelur, kecoa,
kadal, cicak, burung, bahkan tikus, sehingga besok paginya kita
biasanya menjumpai kotoran kecil di dasar bak sehingga mau-tidak mau
harus dikuras, jadi boros kan?, belum lagi kalau bak sharing, pasti sisa
sabun dari yang lebih dahulu mandi atau anak kecil yang suka main sabun
di bak meninggalkan sampah di dasarnya. Loh koq jadi sharing bak mandi
sih hehehe....padahal ini tentang saringan air hahahah.
2. Kecepatan
video diatas menggunakan bak 70 ltr diisi penuh hanya 4 menit. Bisa
untuk menyuplai 3 keran air yang dibuka bersama..Cepat kan?
Mungkin sekian dulu sobat sharingnya tentang air kuning dan solusinya. Kali lain mudah-mudahan ada materi baru.
Konsultasi selanjutnya bisa hubungi saya di siontpra_89@yahoo.co.id